Pemerintah Indonesia
pada masa Presiden Joko Widodo adalah pioneer dalam inspirasi politik dana desa
dalam kampanyenya sebelum terpilih sebagai presiden. Setelah memenangkan Pemilu
direalisasikan janji dari APBN untuk dana desa cukup fantastis mencapai Rp 20,7
triliun pada tahun 2015, Rp 46,9 triliun pada tahun 2016, Rp. 60 triliun pada
tahun 2017 meliputi 74.910 di 33 provinsi di Indonesia. Selama tiga tahun
berjalan mulai tahun 2015, 2016 dan 2017 dana desa selalu meningkat secara
progresif. Triwarsa pertama dana desa masih dialokasikan untuk infrastruktur.
Pembangunan
infrastruktur adalah entry point yang tepat bagi landasan pacu pembangunan
berkelanjutan. Tanpa infrastruktur yang baik sulit untuk merealisasikan
program-program pembangunan yang lain. Transportasi dan distribusi barang dan
jasa akan meningkatkan aliran sirkulasi uang ke desa. Artinya dibutuhkan
sirkulasi uang di desa lebih banyak untuk menjaga nafas perekonomian makin
lancar. Berdasarkan UU No 6/2014 tentang Desa mengarahkan pada pembangunan
untuk mencapai daya saing desa dan kesejahteraan masyarakat. Infrastruktur
diharapkan akan dapat diatasi dalam triwarsa pertama. Namun apakah Dana Desa
identik dengan pembangunan infrastruktur?
Tahun 2017 telah berhasil mencapai 21.423 km,
jembatan 103 km, tambatan perahu 986 unit, bangunan fisik PAUD 3.092 unit, prasarana
air bersih 42.209 unit, sumur 6.334 unit, MCK 22.049 unit, drainase 32.788
unit, posyandu 20.303 unit, polindes 2.568 unit, sarana olah raga 12.794 desa,
embung 881 unit, bangunan penahan tanah 13.660 unit, irigasi 12.829 unit, pasar
desa 4.161 unit, dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pada 19.921 desa.
Pembangunan tampak nyata karena infrastruktur adalah kondisi fisik yang mudah
dilihat dan diamati oleh mata telanjang kaum intelektual dan kaum awam. Namun
masih menyisakan pertanyaan apakah Dana Desa 2018 masih untuk infrastruktur?
Apakah bangunan fisik telah semua terpenuhi selama tri tahun pertama? Bagaimana
dengan pengembangan Sumber Daya Manusia yang sangat penting karena merupakan
aktor pembangunan ? Sudahkah Dana Desa melibatkan semua warga dan semua pihak?
Sejauh mana Dana Desa dirasakan oleh semua pihak dan semua warga? Apakah
pemanfaatan Dana Desa telah mengakomodasi kebutuhan kelompok marginal seperti
perempuan, lansia, kaum difabel dan memenuhi unsur keadilan sosial?
Rembug Desa
Partisipasi semua pihak sangat dibutuhkan dalam
rembug desa namun apakah dalam rembug desa telah mewakili semua unsur dalam
masyarakat. Keadilan sosial adalah kondisi yang ingin dicapai dalam pembangunan
cukup sulit menstimulasi sebuah ide dan inspirasi dari warga karena
keterbatasan kapasitas dan pengalaman apalagi jika terjerat pada konflik
kepentingan antar kelompok. Manfaat dana desa sangat dirasakan selama 3 tahun
pertama secara nyata karena pembangunan fisik masih belum merata dirasakan oleh
seluruh warga desa karena prosedur alokasi biaya harus dimulai dari rembug
desa.
Adalah sebuah masalah apabila masalah riil desa tidak
dimunculkan atau tidak dapat diangkat dalam rembug desa. Efisiensi dan
efektifitas rembug desa menjadi sangat urgen bagi perencanaan program dana
desa. Bagaimana sebaiknya rembug desa dilakukan supaya dapat menggali masalah
secara riil?
Ada dua cara yang dapat ditawarkan untuk dapat
mengatasi agar masalah riil desa dapat dimunculkan dan meningkatkan
kebermanfaatkan dana desa yaitu :
1. Informasi rembug desa secara umum, luas dan online
2.Invitasi meliputi semua warga, lsm, wartawan dan
pemerhati
3.Diperlukan fasilitator/pemimpin rembug desa yang
independen
4.Hasil rembug desa diumumkan di media masa untuk
kontrol dan evaluasi
Ide dasarnya adalah informasi undangan yang seharusnya untuk semua warga
hanya diberikaan kepada orang – orang tertentu berdasarkan kehendak aparat
desa. Banyak warga terutama stakeholder desa yang penting seperti sekolah, lsm,
hanya diwakili oleh orang yang tidak memahami masalah desa. Ataupun diundang
hanya dimintai persetujuan atas rancangan pembangunan dana desa yang telah ada
dan dibuat oleh perangkat desa. Rembug desa seperti formalitas untuk ajang
silahturahmi antar para kolega satu desa bukan debat dan diskusi untuk
mempertajam masalah. Sehingga dalam rembug desa banyak masalah desa riil yang
tidak dapat dimunculkan dan diselesaikan masalahnya oleh pihak desa.
Oleh sebab itu peserta
informasi rembug desa, peserta harus mewakili semua unsur dan yang penting
melibatkan pelaku usaha kecil dan menengah, lsm, aktifis, wartawan dan
pemerhati masalah desa, dan informasi disebarluaskan secara online sehingga
memungkinkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Dana desa adalah amanah yang
harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dan seefisien mungkin sehingga evaluasi dan
monitoring harus dua arah. Sehingga dana desa yang bersumber dari APBN yang
notabene uang rakyat dapat digunakan untuk membangun mempersempit kesenjangan
antara kota dan desa.
Kapasitas Desa
Kapasitas desa adalah
kemampuan desa yang berupa sumber daya alam, sumber daya manusia dan wilayah
atau area. Ruang lingkup desa dari wilayah dan yang ada didalamnya perlu
mendapatkan sentuhan dana desa dengan memperhatikan keberpihakan kepada
kebutuhan yang harus segera atau urgent sifatnya harus diatasi, ataukah
kebutuhan strategis yang sifatnya memenuhi kebutuhan jangka panjang.
Masalahnya adalaah
dalam rembug desa jarang warga bertitik tolak dari kapasitas desa, kebutuhan
praktis dan strategis biasanya hanya dari keinginan. Repotnya keinginan orang –
orang tertentu yang tidak mewakili memecahkan masalah desa.
Agar supaya berfikir
atas titik tolak yang sama maka perlu diadakan rembug desa yang distimulasi
oleh kebutuhan dan ketersediaan desa. Teknik yang ditawarkan adalah FGD (
Foccused grup discussion ) yang terpimpin dan terstruktur dengan cara tertentu.
Beberapa teknik yang dapat dipakai adalah :
1.Problem Tree/Pohon masalah
Teknik ini
diperkenalkan oleh metode participatory rural appraisal yang lama dipakai oleh
lsm atau peneliti sosial. Intinya pohon terdiri dari akar, pohon dan dahan daun
yang rimbun. Akar pohon adalah hasil dari uraian masalah dari sebab seluruh
masalah yang timbul pada dahan dan ranting daun masalah. Akar masalah adalah
sebab dari masalah desa yang jika diselesaikan akan secara simultan mengatasi
masalah – masalah lain. Jadi langkah pertama adalah menginventaris masalah
sosial, lalu dibreakdown ke sebab masalah dicari sampai akar masalah ketemu.
2.Causa impact analysis
Teknik causa impact
analysis adalah analisa sebab akibat dari suatu masalah. Causa impact digunakan
juga oleh lsm, peneliti masyarakat untuk mencari tahu kejelasan dan memberikan
edukasi kepada warga untuk terlibat dan melibatkan diri dalam forum rembug desa
sehingga akan muncul program yang bersumber dari memecahlan masalah.
Keterlibatan warga secara langsung dalam menggunakan teknik – teknik seperti
problem tree dan causa impact analysis akan menumbuhkan semangat kebersamaan
dan kepedulian dan ikut memiliki program – program dana desa sehingga
diharapkan evaluasi dan monitoring bersifat melekat. Ini selain menambah gairah
semangat gotong royong dan meningkatkan semarak kerja bangun desa.
Problem tree dan causa
impact analysis adalah teknik yang ditawarkan untuk memaksimalkan peran serta
warga serta cara yang patut dicoba untuk melakukan pemberdayaan bertitik tolak
pada kapasitas desa dan pemberdayaan warga desa.
Kesenjangan Kota – Desa
Kota adalah wilayah yang bercirikan gedung menjulang tinggi, sarana
transportasi yang lengkap, mall, supermarket dan cafe serta penuh dengan tempat
usaha. Jalan – jalan layak dilewati kendaraan maupun ramai dengan kerumunan
orang, perumahan padat dan penduduk yang banyak. Intinya Kota adalah wilayah
yang sarana dan prasaranya bagus tertata dan dikelola dengan cerdas sehingga
penggunaan mesin dan teknologi tidak asing. Daya tarik kota adalah ketersediaan
fasilitas, sarana dan prasarana, serta pemukiman padat, lapangan pekerjaan yang
luas karena banyak manufaktur. Interaksi sosial yang dibangun berdasarkan
hubungan struktural dan hubungan kerja yang bersifat mekanik.
Emile Durkheim adalah
sosiolog yang hidup abad 20 yang mengidentifikasi solidaritas ada dua yaitu
solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Solidaritas organik adalah
masyarakat yang diikat oleh hubungan sosial yang dilandasi ikatan yang bersifat
struktural, memiliki ikatan yang formal, sekunder dan memiliki standar hubungan
kerja. Sedangkan hubungan sosial yang diikat hubungan batin, emosional, dan
kedekatan batin dan kekeluargaan. Hubungan yang diikat oleh hubungan emosional disebut
solidaritas mekanik.Solidaritas organik identik dengan kota, sedangkan
solidaritas mekanik diasosiasikan dengan desa.
Selain bangunan fisik,
sarana dan prasarana, solidaritas yang berbeda kota dan desa dalam
perkembangannya memiliki kemiripan seperti listrik semua telah adaa dari kota
ke pelosok desa, jalan infrastruktur telah dibangun dan mudah diakses oleh
jalur desa – kota maupun antar kota. Hampir semua pelosok desa-kota ada
supermarket modern ada indomart selalu hadir alfamart. Pertumbuhan ekonomi
kota-desa semakin semarak, oleh sebab itu jarak kota dengan desa semakin
sempit. Kemiripan kota desa akan menunjukkan pembangunan semakin merata. Oleh
sebab itu wajib ada internet masuk desa agar semakin mempersempit atau
memperpendek jarak kota desa.
Teknologi komunikasi
sangat penting bagi menumbuhkembangkan gairah ekonomi dan semarak usaha
kreaktif kaum muda. Oleh sebab itu internet masuk desa adalah program
selanjutnya setelah sarana prasarana infrastruktur yang akan menyemarakkan
gairah usaha kreaktif kaum muda yang mengelola limbah.Contoh limbah dari desa
Donohudan, Giriroto dari kecamatan Ngemplak dari usaha meubel, pion, sangkar
burung berupa limbah kayu dikelola diolah kembali menjadi souvenir miniatur
kayu. Hasil kerajinan olah limbah kayu akan lebih tinggi harganya apabila
pengrajin mengenal branding dan disosialisasikan di media sosial yang sangat
efektif untuk menjaring pembeli dari kalangan pengagum karya seni. Sehingga
dapat menjual dengan harga tinggi.