Publik
seringkali dibuat gaduh oleh berita – berita yang tidak benar (hoax) bersifat
tendensius yang bersumber dari suhu politik yang meninggi, persaingan bisnis atau
persaingan individu atau kelompok yang penuh konflik interest. Sayangnya berita
hoax bak peluru yang membombardir kehidupan masyarakat, mengarah pada memobilisasi
massa untuk melakukan tindakan – tindakan yang diinginkan pembuat berita hoax.
Akibatnya tujuan pemberitaan hoax berhasil menembus ruang nyata kehidupan masyarakat.
Hal ini mengundang banyak keprihatinan karena membuktikan betapa rentan pertahanan
masyarakat terhadap pengaruh hoax yang merugikan kepentingan umum membahayakan
persatuan dan kesatuan Indonesia.
Sebagai pendidik kita cukup prihatin
dengan maraknya ujaran kebencian yang telah diproses secara hukum. Hal ini
mengidentifikasikan bahwa hoax berpotensi untuk melakukan tindakan kriminal. Kenyataan rentannya pertahanan masyarakat
menunjukkan rendahnya intelektual yang mudah dihegemoni kepentingan tertentu. Pendidikan
tidak membekali masyarakat akan pengetahuan yang benar atau proses itu
terlewatkan karena derasnya arus internet yang mendunia. Masyarakat membutuhkan
edukasi yang kontruks untuk membangun pemahaman yang benar. Bisa jadi
mobilisasi yang menembus kehidupan nyata bersumber dari ketidaktahuan atau
gagalnya proses transformasi pengetahuan. Kegagalan transformasi harus diatasi
melalui aksi nyata. Mengembalikan masyarakat kedalam kehidupan nyata menjauhkan
atau meminimalisasikan pengaruh buruk dunia maya yang menyeret masyarakat
kedalam kondisi ‘dingin’ terhadap pengetahuan yang benar, tidak kritis, jauh
dari skeptis dan obyektif yang cenderung
mengarah pada posisi ketidaktahuan. Bongkahan es ketidaktahuan dalam struktur
kognitif harus dipecah melalui aksi-aksi yang penuh semangat untuk mengisi
kehidupan nyata. Supaya kita tidak terjebak pada dua dunia, maya dan nyata.
Mengetahui sebuah berita hoax atau
bukan yang beredar di media sosial, whattshap atau kelompok chatting dapat
dilakukan melalui beberapa teknik yaitu pertama, melalui crosscheck siapa
pembuat berita, jika pembuat berita tidak kompeten atau pihak yang tidak resmi
maka dimungkinkan hoax. Kedua, periksa asal berita atau asal alamat url atau
situsnya, jika alamat situs individu bukan resmi dimungkinkan pendapat pribadi
yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Ketiga, check isi berita bombastik atau jika
sangat provokatif dimungkinkan hoax. Selidiki ada penanda khusus berita
tendensius yaitu jika ada kata sebarkan, viralkan, bagikan. Keempat teknik
identifikasi gambar dengan cara check foto melalui google image apakah ada
rekayasa atau tidak.
Aksi Nyata melalui Pembelajaran
bermakna ( meaningfull learning )
Bentuk perlawanan bagi pendidik
adalah pembelajaran bermakna. Menurut
David Ausubel, belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua dimensi, yaitu dimensi pertama berhubungan
dengan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan pada siswa melalui
penerimaan atau penemuan. Dimensi kedua menyangkut cara
bagaimana mengaitkan informasi itu pada
struktur kognitif yang telah ada. Struktur utama ialah fakta, konsep, dan
generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Apabila hanya
mengingat saja atau hafalan akan tidak bermakna dan tidak membangun pengetahuan
sendiri. Yang mengakibatkan peserta didik tidak dapat mengetahui kebenaran yang
sesungguhnya. Melatih siswa berfikir konstruk untuk selalu menghubungkan dengan
struktur kognitif yang sudah ada dapat meningkatkan kebermaknaan sebuah materi.
Materi
multikulturalisme, pendidikan moral bangsa telah dipelajari oleh siswa sejak
dini namun berita hoax mampu menembusnya. Ini artinya bahwa pengetahuan para
peserta didik tentang materi yang bermuatan nilai, moral bangsa tidak bermakna
sehingga tidak terinternalisasi dalam struktur kognitif siswa atau mungkin
hanya hafalan. Sehingga mudah digoyahkan dan dimobilisasi berita hoax.
Pembelajaran bermakna menuntut para guru untuk memperhatikan sikap dan gaya
belajar yang inspiratif dan demokratis, penyampaian materi yang dihubungkan
dengan realitas sosial lingkungan hidup siswa, menggunakan strategi dan metode belajar
yang partisipatif, penggunaan media belajar yang sesuai, mampu mengkaitkan
materi dengan pengetahuan siswa. Hal ini menuntut guru menggali apa yang
dialami siswa baik di dunia maya atau nyata, yang bersifat kekinian.
Pembelajaran
bermakna dapat dirangsang melalui pertanyaan – pertanyaan yang bersifat HOT (
high order thingking ) yang pengetahunnya tidaka tertulis di buku pada akhirnya
yang mendorong para siwa berfikir untuk membangun pengetahuannya dan mengaitkan
dengan struktur kognitif yang ada. Pengetahuan struktur yang berkenaan dengan
stimulus yang mampu direkam melalui mata, telinga, penciuman, mulut dan
kulitnya berkenaan dengan lingkungan hidup yang dialami sehari-hari. Proses
membangun pengetahuan yang distimulasi oleh kondisi riil akan sangat sulit
dilupakan karena berhubungan erat dan memiliki makna bagi siswa. Hal ini juga
melatih sikap kritis, skeptis dan obyektif yang tidak mudah digoyahkan dengan
hoax.
Aksi Nyata Pembiasaan hidup
Pembiasaan hidup adalah perilaku
yang dilakukan berulang-ulang sehingga mampu membentuk karakter, reaksi reflek
sebagai cermin tertanamnya nilai-nilai moral yang diinginkan. Sikap malas,
apatis, pesimis, budaya instan adalah sikap remaja kekinian yang dipengaruhi
oleh teknologi, kecangihan komunikasi yang mudah dan mendunia yang seolah olah
mewakili kehidupan nyata dan alam berfikir manusia. Pengaruh internet yang kuat
mendorong perubahan pola interaksi sosial dan cara merespon sesuatu. Hal ini
jika tidak disadari akan mendorong kita kedalam dunia maya dan mengalami
keterasingan dalam dunia nyata. Lebih menakutkan lagi fenomena ini mendorong
lahirnya generasi idiot.
Proses antisipasi dengan aksi nyata
yang pertama dalah gerakan revolusi mental di sekolah seperti gerakan 1821
adalah sebuah himbauan dari pihak sekolah yang menuntut orang tua dan
masyarakat memonitoring selama 3 jam dari pukul 18.00 sampai dengan 21.00
memberlakukan jam belajar tanpa terkoneksi televisi dan smartphone. Gerakan
revolusi mental sangat membutuhkan dukungan orangtua dan masyarakat setempat
untuk terus – menerus mengingatkan putra-putrinya untuk tidak terkoneksi dengan
berbagai jenis media. Fokus pada membaca dan belajar serta ibadah. Upaya ini
dilakukan setelah pulang sekolah untuk merebut kembali kehidupan kaum muda
kedalam kehidupan nyata.
Aksi lawan hoax kedua adalah gerakan
cinta lingkungan adalah sebuah upaya yang meliputi aktifitas nyata dari
menanam, membuang sampah pada tempatnya, memisahkan sampah, mengelola sampah
dan daur ulang sampah agar bermanfaat. Gerakan cinta lingkungan menuntut
kerjasama sekolah, keluarga dan masyarakat untuk saling mengingatkan selalu
terus – menerus melakukan pekerjaan seperti membuang sampah pada tempatnya,
hidup bersih, memisahkan sampah organik dan anorganik, menggolah sampah agar
dapat digunakan atau dimanfaatkan kembali, menanam dan merawat tanaman.
Aksi lawan hoax melalui gerakan 1821
dan cinta lingkungan melibatkan sekolah, keluarga dan guru untuk terus-menerus
melakukan kegiatan nyata membatasi pergaulan dalam dunia maya mengembalikan kesadaran
masyarakat kedalam kehidupan yang lebih bermakna membangun kesadaran batas maya
dan nyata. Sehingga memiliki pertahanan terhadap berita hoax.Resistensi
terhadap berita hoax dianggap mampu untuk membangun kondisi yang harmonis sikap
positif dan memperbaiki interaksi sosial dan alam pikiran yang ‘dingin’
terhadap pengetahuan yang benar.
Sinergis
Mengidentifikasi berita hoax,
mengetahui kebenaran, memecah bongkahan es ketidaktahuan dengan pembelajaran
bermakna, melawan hoax dengan aksi 1821 dan cinta lingkungan adalah upaya kerja
bersama-sama antara pihak sekolah, keluarga dan masyarakat. Aktifitas nyata
tersebut menuntut kerja yang bersifat sinergis saling dukung demi terlaksananya
upaya mengembalikan kesadaran masyarakat terhadap ancaman berita hoax. Tentu
saja upaya kerja bersama merebut kembali kesadaran kritis masyarakat adalah hal
yang mustahil dilakukan jika pihak – pihak yang terkait lemah dalam
memonitoring aktifitas pembiasaan hidup yang diidealkan. Oleh sebab itu
mempengaruhi ketiga pihak supaya sinergis harus dilakukan dengan penuh
semangat. Kata orang Jepang Ganbatte Kudasai kerja yang penuh semangat demi
mewujudkan cita-cita atau suatu kondisi bebas hoax.
Kampanye terus – menerus di kelas,
sekolah, keluarga, masyarakat, media masa, dan literasi digital diharapkan
mendorong banyak pihak untuk selalu mengkritisi setiap berita yang dibaca. Kita
tidak dapat menolak pesatnya teknologi komunikasi yang mendunia namun kita bisa
menepis pengaruh negatifnya. Yaitu melalui bekerjasama dengan pihak – pihak
terkait yang efektif untuk mencapai masyarakat yang kondusif bagi pembangunan
yang nyata. Tetap semangat dan terus kerja lawan hoax dengan aksi nyata!