KONEKSI
ANTAR MATERI
MODUL
3.1.a.9
Sekolah adalah institusi moral yang
digambarkan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai Taman Siswa yang pada awalnya
menjadi tempat pewarisan ajaran nasionalisme dan kebangsaan. Namun dalam
perkembangannya taman siswa adalah embrio konsep pendidikan modern Indonesia
sebagai tempat yang menyenangkan benih benih keutamaan pendidikan nasional yang
berpihak pada murid.
Konsep pemimpin dalam filosofi Ki Hajar Dewantara adalah Ing ngarso sung tuladha, ing madya bangun karsa dan tut wuri handayani sehingga mendorong pemimpin pembelajaran dapat menjadi motivator, fasilitator dan pendukung yang berpihak pada murid. Keberpihakan terhadap murid diimplementasikan kedalam pembelajaran dan pengambilan keputusan. Pemimpin pembelajaran menyadari pendidikan yang demokratis, mengenali gaya belajar, profil belajar siswa adalah identifikasi awal untuk menentukan pemilihan strategi, model dan media belajar yang tepat sehingga murid menerima pendidikan yang terbaik. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan tokoh Bob Talbert bahwa “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”. Oleh sebab itu kesepakatan kelas adalah awal sikap menghargai keunikan dan pendapat siswa. Berikut adalah praktik kesepakatan kelas.
Melalui diagnostic awal siswa dapat
diperoleh gambaran profil pelajar. Keputusan ini adalah keberpihakan murid yang
menyadari adanya kecerdasan yang beragam. Menurut Gardner (1983, 1993, 1999) ada
delapan kecerdasan majemuk dalam The Disciplined Mind. 8 Kecerdasan majemuk yang
dimaksud adalah
1.
Kecerdasan
Linguistik : kemampuan menggunakan kata-kata.
2.
Kecerdasan
Logis-Matematis : kemampuan kapasitas untuk bernalar & berpikir.
3.
Kecerdasan
Spasial : kemampuan menciptakan & membuat gambar visual.
4. Kecerdasan
Kinestetik-Tubuh : kemampuan menggunakan tubuh untuk ketangkasan.
5.
Kecerdasan
Musikal : kemampuan untuk memahami, membuat, menafsirkan bentuk musik.
6.
Kecerdasan
Intrapersonal : kemampuan untuk mengelola dengan diri sendiri.
7.
Kecerdasan
Interpersonal : kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.
8. Kecerdasan Naturalis : kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan alam.
Selain
kecerdasan yang beragam, keperpihakan terhadap murid juga ditunjukan adanya
dukungan terhadap keberagaman kecerdasan sosial dan emosional . Goleman (1995) mengidentifikasi lima dimensi
kecerdasan emosional.
1.
Mengetahui emosi seseorang : mengenali
perasaan yang terjadi.
2.
Mengelola emosi : menangani perasaan dengan
tepat.
3.
Memotivasi diri sendiri : memotivasi dan penguasaan diri.
4.
Mengenali emosi orang lain : empati terhadap
perasaan orang lain.
5.
Menangani hubungan : keterampilan dalam
mengelola hubungan & efektivitas interpersonal.
Kesadaran akan keberagaman dan keunikan peserta didik mendorong proses pelaksanaan pembelajaran diferensiasi dan praktik keterampilan sosial dan emosional dengan menghadirkan kesadaran penuh ( mindfulness ) dalam pelaksanaan pembelajaran agar siswa benar – benar siap menghadapi pilihan –pilihan yang sulit dan siap mener
ima tantangan. Melalui prinsip – prinsip pemimpin pembelajaran mampu
mendorong terjadinya praktik coaching membantu civitas akademika mencari solusi
dengan berdaya.
Seperti
disebut terlebih dahulu bahwa sekolah adalah institusi moral maka harus
mendorong semua civitas sekolah mengedepankan etika moral sesuai prinsip
kepemimpinan ing ngarso sung tuladha, ing madya bangun karso, tut wuri
handayani. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki
kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan.
Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral.(Rukiyanti,
L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).Maka
ketika menghadapi dilemma permasalahan dan pilihan bujukan moral maka prinsip –
prinsip kepemimpinan Ki Hajar Dewantara hendaknya menjadi pedoman. Karena
setiap keputusan yang diambil dapat mempengaruhi pendidikan dalam taman siswa
dimana para siswa menimba ilmu dan memperoleh pendidikan yang terbaik.