Tampilkan postingan dengan label CGP angkatan 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CGP angkatan 4. Tampilkan semua postingan

Jumat, 27 Mei 2022

 

Pendekatatan Aset dari SMAN 1 Ngemplak Boyolali

Ari Tri Noeryanti, S.Sos

 

           Identifikasi aset berdasarkan sumber daya yang ada di sekolah adalah menarik. Karena melalui aset yang dimiliki sekolah dapat digunakan untuk mengembangkan potensi pembelajarana dan menegakkan pembelajaran kehidupan yang berkelanjutan.

           Beberapa aset yang diidentifikasi sangat penting untuk mendukung pembelajaran yang sesuangguhnya mengenai keterampilan hidup. Beberapa aset yang ada di sekolah yang dapat digunakan untuk pembelajaran adalah unsur seperti modal manusia, modal sosial budaya, modal fisik,modal politik, modal lingkungan alam, modal finansial, modal agama. Ada tabel pembedaan antara pendekatan berbasis kekurangan/masalah/hambatan dengan pendekatan kekuatan /aset/potensi.


Berikut adalah hasil identifikasi 7 aset dari SMAN 1 Ngemplak Boyolali yang telah diamati dan dialami :

Visi sekolah :

·               SMA Negeri 1 Ngemplak yang Religius, Disiplin, Cerdas, Kompetetif , Kreatif, Peduli, Tangguh , Berbudaya, Berorientasi Lingkungan dan Berwawasan Global

Misi sekolah :

·         Peningkatkan dan pengamalan  agama dengan mengembangkan sikap toleransi dalam kehidupan sehari hari.

·       Menegakkan  tata tertib dan aturan yang berlaku.

·  Melaksanakan pembelajaran maksimal untuk menghasilkan insan yang cerdas dan berperilaku luhur.

·        Memanfaatkan kesempatan berkompetisi dalam bidang akademis dan  non akademis.

·      Mengembangkan semangat belajar yang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan teknologi.

·    Meningkatkan kesadaran warga sekolah untuk siap menghadapi segala tantangan  kemajuan zaman.

1. Modal Manusia

SMAN 1 Ngemplak memiliki tenaga pendidikan dan guru yang berjumlah 90 personil. Ada sekitar kurang lebih 1200 siswa dan siswi yang belajar di sekolah ini. Guru dari jenjang S2 dan S1 serta tenaga pendidikan mulai dari lulusan SMA, S1 dan S2. Beberapa guru adalah guru berprestasi, olimpiade, pembina OSN tingkat nasional.

2. Modal Fisik

Bangunan sekolah sangat kokoh berdiri di kurang lebih satu hektar tanah. Terdiri dari dua lantai bangunan. Ada lapangan tenis, yang bersifat multifungsi sebagai lapangan basket, perpustakaan, ruang podcast, UKS dan ekstrakurikuler.Ada tempat ibadah masjid yang muat 1000 orang dan di lantai baawah difungsikan sebagai aula tempat banyak kegiatan.

3. Modal Lingkungan Alam

Lingkungan alam terletak di suhu tropis dan dataran rendah. Bercocok tanam sawah dan lading. Alamnya cukup cocok untuk tanaman buah tropis seperti pisang, pepaya, sukun , manga, jambu.



4. Modal Sosial

Modal sosial ada organisasi ekstrakurikuler dan intrakurikuler yang ditotal berjumlah 25 lebih. Siswa aktif di semua kegiatan bahkan ada yang dua organisasi.

5. Modal agama dan budaya

Modal keyakinan diwujudkan dengan adanya Masjid sekolah . Sikap santun dan sopan yang ditunjukan oleh pembentukan karakter dibudayakan dengan pembiasaan hidup. Ada beberapa pembiasaan hidup disekolah , Berikut pembiasaan hidup sekolah terwujud dalam 22 budaya sekolah

6. Modal Financial

Aset financial diperoleh dari dana BoS dan BOPd . Dana sosial keluarga diambilkan dari kas kekeluargaan per bulan Rp.30.000 per bulan. Penggunaan dana sosial adalah mengunjungi karyawan sakit atau meninggal.

7. Modal Politik

Modal politik adalah kelompok – kelompok murid yang dipimpin oleh guru seperti ekstrakurikuler, intrakurikuler, podcast , remaja masjid, arisan ibu - ibu, dan kekeluargaan.

         Berdasarkan analisa 7 aset sekolah SMAN 1 Ngemplak adalah tempat belajar yang cukup terorganisir dan memiliki pembiyaan dan pengelolaan yang bisa dijadikan sumber pembelajaran. Misalnya perpustakaan, ruang konferensi, ruang PMR dan UKS, ruang PIKR, kantin,lapangan tenis dan basket .


REFLEKSI

 

Pendekatan Berbasis Aset membawa kita pada pemikiran bahwa dimanapun, apapun dan bagaimanapun keadaannya kita dapat menjadingan seluruh potensi yang ada menjadi sumber belajar. Hal dari pemikiran ini adalah kekuatan sumber daya manusia dan alam menjadi sumber belajar lokal yang kontekstual dan memiliki sensitifitas mendorong semua orang fokus pada potensi diri. Dengan demikian pembelajaran bermakna lebih membumi daripada mempelajari yang tidak ada dan tidak pernah kita jumpai di dalam lingkungan .Efektifitas dan efisiensi dalam pembelajaran lebih tercapai.


























Jumat, 29 April 2022

 

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.1.a.9

 

            Sekolah adalah institusi moral yang digambarkan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai Taman Siswa yang pada awalnya menjadi tempat pewarisan ajaran nasionalisme dan kebangsaan. Namun dalam perkembangannya taman siswa adalah embrio konsep pendidikan modern Indonesia sebagai tempat yang menyenangkan benih benih keutamaan pendidikan nasional yang berpihak pada murid.

            Konsep pemimpin dalam filosofi Ki Hajar Dewantara adalah Ing ngarso sung tuladha, ing madya bangun karsa dan tut wuri handayani sehingga mendorong pemimpin pembelajaran dapat menjadi motivator, fasilitator dan pendukung yang berpihak pada murid. Keberpihakan terhadap murid diimplementasikan kedalam pembelajaran dan pengambilan keputusan. Pemimpin pembelajaran menyadari pendidikan yang demokratis, mengenali gaya belajar, profil belajar siswa adalah identifikasi awal untuk menentukan pemilihan strategi, model dan media belajar yang tepat sehingga murid menerima pendidikan yang terbaik. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan tokoh Bob Talbert bahwa “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”. Oleh sebab itu kesepakatan kelas adalah awal sikap menghargai keunikan dan pendapat siswa. Berikut adalah praktik kesepakatan kelas.




            Melalui diagnostic awal siswa dapat diperoleh gambaran profil pelajar. Keputusan ini adalah keberpihakan murid yang menyadari adanya kecerdasan yang beragam. Menurut Gardner (1983, 1993, 1999) ada delapan kecerdasan majemuk dalam The Disciplined Mind. 8 Kecerdasan majemuk yang dimaksud adalah

1.    Kecerdasan Linguistik : kemampuan menggunakan kata-kata.

2.    Kecerdasan Logis-Matematis : kemampuan kapasitas untuk bernalar & berpikir.

3.    Kecerdasan Spasial : kemampuan menciptakan & membuat gambar visual.

4. Kecerdasan Kinestetik-Tubuh : kemampuan menggunakan tubuh untuk ketangkasan.

5.    Kecerdasan Musikal : kemampuan untuk memahami, membuat, menafsirkan bentuk musik.

6.    Kecerdasan Intrapersonal : kemampuan untuk mengelola dengan diri sendiri.

7.    Kecerdasan Interpersonal : kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.

8.    Kecerdasan Naturalis : kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan alam.

Selain kecerdasan yang beragam, keperpihakan terhadap murid juga ditunjukan adanya dukungan terhadap keberagaman kecerdasan sosial dan emosional . Goleman (1995) mengidentifikasi lima dimensi kecerdasan emosional.

1.    Mengetahui emosi seseorang : mengenali perasaan yang terjadi.

2.    Mengelola emosi : menangani perasaan dengan tepat.

3.    Memotivasi diri sendiri :  memotivasi dan penguasaan diri.

4.    Mengenali emosi orang lain : empati terhadap perasaan orang lain.

5.    Menangani hubungan : keterampilan dalam mengelola hubungan & efektivitas interpersonal.

Kesadaran akan keberagaman dan keunikan peserta didik mendorong proses pelaksanaan pembelajaran diferensiasi dan praktik keterampilan sosial dan emosional dengan menghadirkan kesadaran penuh ( mindfulness ) dalam pelaksanaan pembelajaran agar siswa benar – benar siap menghadapi pilihan –pilihan yang sulit dan siap mener

ima tantangan. Melalui prinsip – prinsip pemimpin pembelajaran mampu mendorong terjadinya praktik coaching membantu civitas akademika mencari solusi dengan berdaya.

<iframe src="https://anchor.fm/hanna-solo/embed/episodes/Pemimpin-Pembelajaran-e1hg80b" height="102px" width="400px" frameborder="0" scrolling="no"></iframe>

Seperti disebut terlebih dahulu bahwa sekolah adalah institusi moral maka harus mendorong semua civitas sekolah mengedepankan etika moral sesuai prinsip kepemimpinan ing ngarso sung tuladha, ing madya bangun karso, tut wuri handayani. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral.(Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).Maka ketika menghadapi dilemma permasalahan dan pilihan bujukan moral maka prinsip – prinsip kepemimpinan Ki Hajar Dewantara hendaknya menjadi pedoman. Karena setiap keputusan yang diambil dapat mempengaruhi pendidikan dalam taman siswa dimana para siswa menimba ilmu dan memperoleh pendidikan yang terbaik.   





Sabtu, 02 April 2022

 

KONEKSI ANTAR MATERI COACHING

Ari Tri Noeryanti

Materi coaching dipelajari pada modul 2.3. Modul ini mempelajari tentang coaching. Pembahasan meliputi apa yang dimaksud dengan coaching, perannya serta bagaimana melakukannya. Teknik coaching seringkali rancu dengan proses konseling dan mentoring. Berikut disajikan tabel perbedaan coaching, konseling dan mentoring.


             Intinya bahwa coaching meletakan coachee sebagai subyek yang setara dengan coach, sehingga coachee dapat melakukan dengan kesadaran penuh ( mindfulness ) untuk menyadari bahwa tujuan coaching menjadi arah bagi sebuag proses. Melalui kesadaran diri coachee melakukan tindakan simpati dan berfikir kritis untuk mengidentifikasi dan mengenali permasalahan dan menyelesaikan dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri secara sadara dan bertanggungjawab.


 Dalam proses coaching yang tak kalah penting adalah kemampuan bertanya yang menentukan arah tuntutan untuk menemukan jalan keluar.


            Berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa pemimpin memiliki prinsip Tutwuri Handayani maka sistem coaching yang dikembangkan dalam merdeka belajar adalah sistem among. Sistem among yang artinya menuntun. Berikut disajikan hasil coaching dengan rekan sejawat

            Beberapa catatan bahwa sistem among yang memiliki prinsip tutwuri handayani merupakan implementasi dari Arti ( apresiasi,rencana,tulus dan inkuiri ). Coaching yang dilakukan merupakan bentuk apresiasi terhadap siswa yang dilakukan melalui perencanaan, dengan hati tulus dan melalui pemantik pertanyaan yang mendorong siswa berfikir kritis. Sehingga dalam pembelajaran diferensiasi dapat mendorong identifikasi masalah siswa untuk masukan bagi pengenalan profil siswa dan gaya belajar siswa.


            Coaching dilakukan dengan tulus, memiliki tujuan sehingga direncanakan karena membutuhkan perhatian dan waktu . Coach dan coachee benar – benar siap untuk berproses guru siap menjadi pamong dan among untuk menuntun siswa menemukan kekuatan, mengidentifikasi dan mencari jalan keluar agar siswa menemukan solusi sesuai dengan kemampuannya dengan sadar akan dilakukan untuk menemukan jawaban atau solusi bagi kesulitan yang dihadapi. Hal ini sangat mendukung bagi kompetensi sosial emosional karena dilakukan dengan sadar, menghasilkan keputusan yang bertanggung jawab. Coaching sangat membantu dalam identifikasi kesiapan belajar siswa, profil siswa, gaya belajar siswa dan keinginan siswa didalam pembelajaran.






Rabu, 16 Maret 2022

Pembelajaran Sosial Emosional

( Koneksi antar materi)

oleh : Hanna Ari Tri Noeryanti

 

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 138,2 juta jiwa pada 2020. Mayoritas atau 32% angkatan kerja di Tanah Air merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh sebab itu tantangan di dalam pengelolaan pendidikan di level SMA haruslah memperhatikan link and match serta kematangan sosial emosional dalam rangka pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.

Plato mengusulkan Kurikulum holistik yang menyeimbangkan pengetahuan tentang pendidikan jasmani, seni, matematika, sains, karakter, dan pendidikan moral. Oleh sebab itu sekolah harus menjadi ekosistem yang baik agar tidak terjadi kekerasan, diskriminasi, ketidakadilan mengingatkan bahwa setiap anak unik dan memiliki cita – cita sendiri. Kebutuhan untuk bahagia dan sukses adalah milik semua anak perlu digarisbawahi. Adalah kompetensi sosial emosional yang kemudian ditawarkan untuk menjembatani perkembangan sosial dan psikologis agar menjadi manusia seutuhnya dan siap menghadapi tantangan studi lanjut ataukah bekerja. Dalam rangka upaya menciptakan daya dukung civitas akademika yang menumbuhkan budaya yang positif penciptaan iklim yang menumbuhkembangkan emosi dan psikologi yang baik maka dikenal adanya SEL ( Social emotional Learning ).

Sosial Emosional Learning atau SEL adalah proses pembentukan diri yang berkaitan dengan kesadaran diri, kontrol diri dan kemampuan relasi. Kenapa SEL sangat penting? Karena proses ini akan membantu kehidupannya baik di sekolah, lingkungan kerja atau bermasyarakat.
Seseorang yang mempunya kemampuan emosional dan psikologi yang baik lebih bisa menerima dan melakukan tantangan, misalnya dalam bekerja, lebih mudah untuk belajar, lebih bersikap professional, bersosialisasi sehingga memudahkan seseorang mencapai sukses.

Penerapan  SEL dalam pembelajaran menurut Durlak et al., 2010, 2011 yang dikutip dalam Edutopia menjelaskan bahwa program SEL harus sesuai dengan SAFE, yaitu:

1.      Sequenced: saling berkaitan dan terkoordinasi untuk mendorong keterampilan anak.

2.      Active: bentuk pembejalaran aktif agar anak mampu menguasai keterampilan yang baru.

3.      Focused: menekankan pengembangan keterampilan baik secara individu maupun sosial.

4.      Explicit : menargetkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih spesifik

 

            Menurut konsep SEL ini awalnya dikemukakan oleh Daniel Goleman (1985). pembelajaran sosial emosional perlu diberikan untuk kesuksesan anak terutama dalam mengembangkan pendidikan. Menurut CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning), terdapat 5 kunci pengembangan SEL yaitu: 1. kesadaran diri, 2. managemen diri, 3. kesadaran sosial. 4. kemampuan berelasi dan 5. pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.

            Pembelajaran Sosial Emosional dapat dilakukan sebagai kegiatan rutin (diluar kegiatan akademik) terintegrasi dalam mata pelajaran dan protokol budaya dan tata tertib. Ada kegiatan rutin (seperti memberi salam, berdoa), ada yang terintegrasi dalam mata pelajaran, protocol budaya, tata tertib sekolah. Dalam pembentukan kosep sosial emosional seperti kesadaran diri, managemen diri, kesadaran sosial , kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan dilatihkan dalam kegiatan rutin, terintegrasi dalam pembelajaran, protocol, dan tata tertib maka diberlakukan teknik STOP.

            Pengelolaan emosi seperti kesal, capek, bosen bisa dilatihkan ke siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan teknik STOP kepanjangan dari stop ( berhenti ), take a breath ( tarik nafas dalam – dalam ), observe ( amati ), proceed. Sehingga seseorang diberi jeda untuk berfikir dan mengelola perasaannya sesuai dengan situasi yang dihadapi. Sehingga pemimpin pembelajaran dapat merancang kembali pembelajaran berdasarkan assessment minat, profil belajar dan kemampuan. Artinya rancangan pembelajaran dapat bergulir secara siklus untuk selalu memperbaiki dan memperbarui sistem pendidikan sesuai dengan kekuatan yang dimiliki komunitas yang berbasis inkuiri apresiatif BAGJA ( B = Buat pertanyaan, A= Ambil pelajaran, G = Gali mimpi, J = Jabarkan rencana dan A = Atur eksekusi). Yang tujuan akhirnya adalah mendorong siswa mencapai kebahagiaan dan kesuksesan sesuai dengan yang diimpikan dengan melakukan upaya dukungan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak yang sehat jiwa dan raga.

 

                                         Bagan mindfull learning yang dipraktikan via STOP


 

          Berikut adalah bentuk pembelajaran sosial dan emosional berupa kegiatan rutin diluar pembelajaran berupa kegiatan ekstrakurikuler untuk melatih keterampilan hidup dalam bidang pengelolaan kesehatan reproduksi dan hak - hak anak.

https://www.youtube.com/watch?v=RD5IaCx0kKo 



Berikut adalah visualisasi koneksi antar materi 



Silahkan melihat juga : https://youtu.be/uvgLLRoee4U



Minggu, 06 Februari 2022




AKSI NYATA PRAKTIK RESTITUSI SEKOLAH

Ari Tri Noeryanti, S.Sos

 
            Penerapan disiplin sekolah di era merdeka belajar menggunakan konsep restitusi sekolah bukan hukuman pada konsep paradigma sekolah yang lama. Sistem hukuman menimbulkan kesan bahwa sekolah rentan kekerasan sehingga pada tri semester pertama tahun 2018 yang dirilis Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dalam dua bulan pertama tahun 2018, KPAI telah menerima 55 aduan kekerasan dalam pendidikan.
         Merdeka belajar mengadopsi restitusi sekolah sebagai solusi aman menggantikan sistem hukuman. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004) .Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
Peserta didik diberikan peluang untuk belajar dari kesalahan dan memperbaikinya. Pengalaman restitusi dapat menjadi latihan keterampilan hidup.Restitusi bukan menebus kesalahan melainkan belajar dari kesalahan. Restitusi tidak sekedar tuntutan eksternal minta maaf terlebih proses internal agar yang bersalah dapat belajar dan tidak lagi merasa terpaksa meminta maaf karena jika terpaksa kemungkinan kontrproduktif seperti balas dendam .

NO

Langkah

Teori Kontrol

1

 

2

3

Menstabilkan identitas

 

Validasi tindakan salah

Menanyakan keyakinan

Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan

Semua perilaku memiliki alasan

Kita semua memiliki motivasi internal


            Contoh disiplin positif yang menumbuhkan budaya positif di sekolah yang dilakukan terhadap siswa Miko yang memiliki masalah tidak bisa focus pelajaran dan sering tidur di kelas . Setelah dilakukan konseling bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan, Miko dengan sukarela mengakui bahwa dirinya tidak bisa mengelola waktu sehingga sering tidur malam dan sekolah tidak focus. Kemudian kebutuhan Miko adalah dekat dengan guru atau kebutuhan perhatian atau kasih sayang sehingga memudahkan untuk memahami atau fokus pada pelajaran guru yang memiliki kedekatan pribadi.
               Setelah melakukan konseling Miko merasa lega karena tidak merasa bersalah namun memiliki solusi yaitu kelegaan setelah curhat, guru juga memahami kondisi murid akan kebutuhannya dari dalam Miko termotivasi untuk dapat berubah untuk membagi belajar dan kegiatan yang lain karena telah mendapatkan kasih sayang atau kedekatan dengan gurunya artinya kebutuhannya terpenuhi. Dalam pemantauan setelah restitusi Miko dapat menyesuaikan diri. Guru juga merasa terbantu dan bahagia dapat menyelesaikan masalah muridnya.
Tanpa hukuman Miko merasa nyaman dan dapat mengalami pemulihan. Sehingga tercipta budaya positif saling memaafkan yang terpenting adalah ada perubahan . Hal ini menambah keterampilan hidup bagi siswa.
Dokumentasi praktik disiplin positif dengan siswi siswi program Adem ( Afirmasi Pendidikan Menengah yang bersekolah di SMAN 1 NGEMPLAK BOYOLALI.

    

dokumentasi konseling dengan siswa Miko

              Praktik disiplin positif juga dilakukan pada siswi Dina yang mengalami kesulitan dalam belajar saat pandemi sehingga tidak memiliki motivasi belajar. Setelah dilakukan restitusi sekolah maka Dina menyadari bahwa dia jenuh dengan daring dan menginginkan pembelajaran yang komunikatif dan interaktif. Karena belajar mandiri masih belum bisa dilakukan butuh bimbingan.


Dokumentasi saat melakukan praktik restitusi dengan siswi Dina





                  Praktik disiplin positif juga disosialisasikan kepada siswi - siswi khusus dari provinsi PAPUA dan PAPUA Barat yang saya dampingi. Kegiatan meliputi menggali masalah selama pandemi yang dilaksanakan PJJ dengan protokol kesehatan jaga jarak dan memakai masker yang didahului dengan cuci tangan dan ukur suhu.

             Kesimpulannya praktik restitusi merupakan salah satu budaya positif dengan melakukan pendekatan yang interaktif dan intim sehingga bisa dilakukan penjaringan masalah tanpa kekerasan dan paksaan. Ketika siswa atau siswi menyadari masalahnya, guru mengetahui kebutuhan siswa maka terjadi dialektika antara keduabelah pihak masalah dapat diatasi atas dasar saling memaafkan dan kembali kepada tujuan pembelajaran. Sehingga sikap disiplin dapat ditanamkan dengan cara yang bijaksana tanpa paksaan sehingga memunculkan kesadaran untuk melakukan perubahan.

                 Beberapa keyakinan kelas diterapkan di kelas calon pemimpin di organisasi OSIS dan MPK atau Majelis Perwakilan kelas untuk edukasi pendidikan anti korupsi berikut bukti kegiatan Nonton bareng film anti korupsi.



Gambar saat presentasi dalam Nobar Hakordia



Berikut link materi Nobar film Hakordia 


            Selain aksi nyata untuk sosialisasi nilai nilai anti korupsi , saya juga mensosialisasikan budaya positif kepada guru guru rekan sejawat. Berikut adalah bukti sosialisasi aksi nyata membentuk keyakinan kelas di kelas XI BAHASA .




                Sosialisasi budaya positif tidak hanya pada siswa namun juga para guru dengan tujuan agar guru memahami dasar dari pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Merdeka Belajar sebagai filosofi program guru penggerak. Budaya positif diharapkan diseminasi terhadap rekan guru untuk menggerakan hati nuraninya terhadap filosofi Ki Hajar Dewantara . Mengenalkan budaya positif , restritusi sekolah dan praktik budaya positif yang dilakukan CGP.

                    Berikut link materinya :


Berikut dokumentasi pada saat sosialisasi budaya positif terhadap rekan guru :




Sosialisasi budaya positif dan restitusi sekolah di ruang perpustakaan Ken Pinter 




                       







            






PESONA WADUK CENGKLIK DESA NGAGOREJO

Materi K 13 Kelas XII PERUBAHAN SOSIAL                     Ada istilah di dunia ini tidak ada yang abadi. Semua bisa berubah sewaktu waktu o...