Minggu, 22 Mei 2022

 

PENGIMBASAN MODUL 3.1

PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

            Modul 3.1 mempelajari bagaimana menjadi pemimpin pembelajaran melalui 9 langkah yang disarankan. Ada beberapa praktik 9 langkah pembelajaran dalam mengambil keputusan melalui coaching. Pengimbasan pertama dilakukan di ruang guru setelah briefing pagi.


    

    Latar belakang dilakukaannya pengimbasan di ruang guru adalah untuk menjangkau semua guru sebanyak mungkin yang datang di saat briefing pagi. Merdeka mengajar adalah sebuah pilihan bagi para guru yang belum mengikuti program guru penggerak atau merdeka mengajar karena landasan mindset berbeda dengan pola pikir guru pada umumnya. Aksi nyata dilaksanakan dengan harapan para pendidik memahami awal perbedaan mindset dari top down menjadi bottom up berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara .

            Ada 9 langkah yang diperkenalkan untuk pengujian – pengujian agar keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran obyektif, adil dan sah atau legal.Perasaan saya pertama sangat ragu dan takut karena selama ini setiap keputusan adalah top down. Saya secara pribadi merasakan bahwa para guru sedang mencerna setiap kata dan membaca perubahan arah kebijakan menuju merdeka belajar. Situasi di ruangan hening dan menyimak.Artinya di ruang guru tidak ada pertanyaan atau penolakan para pendidik hanya menyimak.

         
dokumen : pengimbasan di ruang guru

 

dokumen ; di ruang PIKR 


Sosialisasi juga dilakukan terhadap peer educator dan konselor Pusat Informasi daKonseling Remaja SMAN 1 Ngemplak Boyolali di ruang perpustakaan.

Dokumen di ruang perpustakaan bersama peer educator dan guru pembina


       Alasan mengapa pengimbasan dilakukan terhadap konselor di ruang PIK R dan peer educator di ruang perpustakaan karena para siswa terlatih ini dan guru pembina sering melakukan pendampingan dan konseling terhadap masalah kesehatan reproduksi terhadap teman - teman di kelas. Perasaannya sangat senang setelah melakukan aksi 3.1 karena para siswa dan pembina sangat menyambut penuh umpan balik terhadap konsep filosofi Ki Hajar Dewantara dan konsep bottom up pada merdeka belajar.






        Pembelajaran dapat dipetik dari beberapa kali aksi pengimbasan bahwa dalam menjalankan aksi sudah koordinasi dengan bapak kepala sekolah namun briefing pagi yang digunakan para guru tidak dapat bebas menyampaikan pendapat sehingga seperti buru - buru untuk mempersiapkan mengajar ke kelas. Sedangkan materinya sedikit diluar kebiasaan yaitu tentang pengujian 9 langkah yang dirasa belum dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan di sekolah. Karena para guru terbiasa diparingi dawuh. Perbedaan mindset dari top down beralih ke bottom up sepertinya kurang mendapat perhatian dari sebagian para guru. Sedangkan pengimbasan dilakukan di beberapa siswa sangat disambut baik, respon pernyataan dan pemahaman siswa sepertinya sangat setuju konsep Ki Hajar Dewantara. 

          Rencana perbaikan untuk pengimbasan adalah waktu yang tepat, suasana santai, dukungan kepala sekolah dan materi yang lebih sederhana dan ringkas, intonasi, volume suara dan memberi kesempatan lebih lama untuk klarifikasi dan umpan balik.




    


Jumat, 29 April 2022

 

KONEKSI ANTAR MATERI

MODUL 3.1.a.9

 

            Sekolah adalah institusi moral yang digambarkan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai Taman Siswa yang pada awalnya menjadi tempat pewarisan ajaran nasionalisme dan kebangsaan. Namun dalam perkembangannya taman siswa adalah embrio konsep pendidikan modern Indonesia sebagai tempat yang menyenangkan benih benih keutamaan pendidikan nasional yang berpihak pada murid.

            Konsep pemimpin dalam filosofi Ki Hajar Dewantara adalah Ing ngarso sung tuladha, ing madya bangun karsa dan tut wuri handayani sehingga mendorong pemimpin pembelajaran dapat menjadi motivator, fasilitator dan pendukung yang berpihak pada murid. Keberpihakan terhadap murid diimplementasikan kedalam pembelajaran dan pengambilan keputusan. Pemimpin pembelajaran menyadari pendidikan yang demokratis, mengenali gaya belajar, profil belajar siswa adalah identifikasi awal untuk menentukan pemilihan strategi, model dan media belajar yang tepat sehingga murid menerima pendidikan yang terbaik. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan tokoh Bob Talbert bahwa “Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”. Oleh sebab itu kesepakatan kelas adalah awal sikap menghargai keunikan dan pendapat siswa. Berikut adalah praktik kesepakatan kelas.




            Melalui diagnostic awal siswa dapat diperoleh gambaran profil pelajar. Keputusan ini adalah keberpihakan murid yang menyadari adanya kecerdasan yang beragam. Menurut Gardner (1983, 1993, 1999) ada delapan kecerdasan majemuk dalam The Disciplined Mind. 8 Kecerdasan majemuk yang dimaksud adalah

1.    Kecerdasan Linguistik : kemampuan menggunakan kata-kata.

2.    Kecerdasan Logis-Matematis : kemampuan kapasitas untuk bernalar & berpikir.

3.    Kecerdasan Spasial : kemampuan menciptakan & membuat gambar visual.

4. Kecerdasan Kinestetik-Tubuh : kemampuan menggunakan tubuh untuk ketangkasan.

5.    Kecerdasan Musikal : kemampuan untuk memahami, membuat, menafsirkan bentuk musik.

6.    Kecerdasan Intrapersonal : kemampuan untuk mengelola dengan diri sendiri.

7.    Kecerdasan Interpersonal : kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.

8.    Kecerdasan Naturalis : kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan alam.

Selain kecerdasan yang beragam, keperpihakan terhadap murid juga ditunjukan adanya dukungan terhadap keberagaman kecerdasan sosial dan emosional . Goleman (1995) mengidentifikasi lima dimensi kecerdasan emosional.

1.    Mengetahui emosi seseorang : mengenali perasaan yang terjadi.

2.    Mengelola emosi : menangani perasaan dengan tepat.

3.    Memotivasi diri sendiri :  memotivasi dan penguasaan diri.

4.    Mengenali emosi orang lain : empati terhadap perasaan orang lain.

5.    Menangani hubungan : keterampilan dalam mengelola hubungan & efektivitas interpersonal.

Kesadaran akan keberagaman dan keunikan peserta didik mendorong proses pelaksanaan pembelajaran diferensiasi dan praktik keterampilan sosial dan emosional dengan menghadirkan kesadaran penuh ( mindfulness ) dalam pelaksanaan pembelajaran agar siswa benar – benar siap menghadapi pilihan –pilihan yang sulit dan siap mener

ima tantangan. Melalui prinsip – prinsip pemimpin pembelajaran mampu mendorong terjadinya praktik coaching membantu civitas akademika mencari solusi dengan berdaya.

<iframe src="https://anchor.fm/hanna-solo/embed/episodes/Pemimpin-Pembelajaran-e1hg80b" height="102px" width="400px" frameborder="0" scrolling="no"></iframe>

Seperti disebut terlebih dahulu bahwa sekolah adalah institusi moral maka harus mendorong semua civitas sekolah mengedepankan etika moral sesuai prinsip kepemimpinan ing ngarso sung tuladha, ing madya bangun karso, tut wuri handayani. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan. Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral.(Rukiyanti, L. Andriyani, Haryatmoko, Etika Pendidikan, hal. 43).Maka ketika menghadapi dilemma permasalahan dan pilihan bujukan moral maka prinsip – prinsip kepemimpinan Ki Hajar Dewantara hendaknya menjadi pedoman. Karena setiap keputusan yang diambil dapat mempengaruhi pendidikan dalam taman siswa dimana para siswa menimba ilmu dan memperoleh pendidikan yang terbaik.   





Kamis, 21 April 2022

 

Mengambil Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

 

            Cita – cita luhur Ki Hajar Dewantara yang mewujudkan sekolah sebagai taman bahagia dimana ada upaya saling mengasihi, membimbing dan berlatih yang tertuang dalam Asih, Asuh dan Asah merupakan jalan menuju semboyan pemimpin yang dikenal ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Artinya adalah di depan memberi teladan, di tengah memberi semangat, dan di belakang memberi dorongan.

Sejalan dengan cita – cita Ki Hajar Dewantara, peran guru penggerak ada lima yakni: menjadi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antar guru, menjadi coach bagi guru lain, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Guru penggerak berfokus pada peran kepemimpinan pembelajaran agar mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik; aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik; serta menjadi teladan dan agen transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila. Dalam memerankan perannya tetap berpijak pada 5 (lima) nilai guru penggerak yakni berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif.

Guru penggerak harus mandiri artinya mampu memunculkan motivasi dalam dirinya untuk membuat perubahan baik untuk perubahan lingkungan sekitar ataupun pada dirinya sendiri. Sebagai pemimpin pembelajaran seringkali dihadapkan dengan dilema etika. Pilihan – pilihan etika antara benar dan salah ataukah antara benar dengan benar merupakan tantangan dalam memecahkan masalah demi terwujudnya cita – cita bahwa sekolah mendorong untuk bersikap etis dengan pertimbangan – pertimbangan moralnya . Ada nilai – nilai yang dipelajari seperti taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, gotong – royong, berwawasan kebhinekaan global, bernalar kritis dan kreaktif yang menjadi landasan melahirkan pelopor pelajar Pancasila. Namun ada pula nilai – nilai universal yang dimiliki setiap orang karena pengaruh pendidikan , kebudayaan yang dipelajari dan diwariskan.

praktik coaching menggerakan guru untuk mengikuti program guru penggerak


Oleh sebab itu pengambilan keputusan sangat penting agar dapat memperoleh keputusan yang bersifat win - win solution artinya tidak ada yang dimenangkan atau dikalahkan. Hal tersebut untuk mewujudkan keadilan. Dalam pengambilan keputusan yang terbaik bagi siswa pemimpin pembelajaran berkolaborasi dengan guru sejawat, orang tua dan kepala sekolah atau pihak – pihak yang berkaitan / stakeholder yang lain. Agar keputusan yang diambil dapat mejadi jalan tengah terbaik terhadap persoalan yang sdang dihadapi.ada 9 langkah yang harus diterapkan sebagai pertimbangan riil .

            9 langkah yang harus diterapkan agar supaya proses pengambilan keputusan dapat seobyektif mungkin adalah sebagai berikut :

1. Mengenali nilai – nilai yang saling bertentangan

2. Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini

3. Kumpulkan fakta – fakta yang relevan dengan situasi ini

4. Pengujian benar atau salah melalui uji legal, uji regulasi, uji intuisi,uji publikasi,uji panutan atau idola

5. Pengujian paradigma ( individu versus masyarakat, rasa keadilan versus rasa kasihan, kebenaran versus kesetiaan, jangka pendek versus jangka panjang )

6. Melakukan prinsip resolusi seperti landasan berfikir yang berprinsip terhadap hasil akhir, berprinsip peraturan dan berprinsip rasa peduli .

7.Setelah menganalisa sampai ke enam langkah, langkah ketujuh adalah proses berfikir kreaktif untuk menciptakan keputusan yang berbeda dengan dilema yang dihadapi yaitu dengan menghadirkan opsi pilihan ketiga yang biasa disebut opsi trilema yang kreaktif dan solutif.

8. Mengambil keputusan setelah ada dilema dan mempertimbangkan trilema

9. Melakukan refleksi apakah jika keputusan diambil sesuai langkah – langkah akan baik kedepannya, sudahkan kita berfikir obyektif dan terbaik dalam menganalisa melalui data, fakta dan paradigm serta prinsip yang dianut?

            Praktik 9 langkah dapat dilakukan dengan menggunakan teknik coach sehingga pengambil keputusan dapat secara berdaya untuk mengambil keputusan secara mandiri sehingga dapat mengenali sejak dini dampak atas keputusannya tersebut. Keputusan yang kita ambil hendaknya mendukung proses sekolah sebagai sebuah tempat untuk mengelola kegiatan spiritual/rohani, fisik , dan kreasi untuk menciptakan karya karya inovatif yang kreaktif. Sehingga pendidikan merupakan seni untuk mendorong seseorang untuk bersikap etis sesuai dengan nilai – nilai universal atau nilai – nilai sosial budaya masyarakat yang tinggi.

Sabtu, 02 April 2022

 

KONEKSI ANTAR MATERI COACHING

Ari Tri Noeryanti

Materi coaching dipelajari pada modul 2.3. Modul ini mempelajari tentang coaching. Pembahasan meliputi apa yang dimaksud dengan coaching, perannya serta bagaimana melakukannya. Teknik coaching seringkali rancu dengan proses konseling dan mentoring. Berikut disajikan tabel perbedaan coaching, konseling dan mentoring.


             Intinya bahwa coaching meletakan coachee sebagai subyek yang setara dengan coach, sehingga coachee dapat melakukan dengan kesadaran penuh ( mindfulness ) untuk menyadari bahwa tujuan coaching menjadi arah bagi sebuag proses. Melalui kesadaran diri coachee melakukan tindakan simpati dan berfikir kritis untuk mengidentifikasi dan mengenali permasalahan dan menyelesaikan dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri secara sadara dan bertanggungjawab.


 Dalam proses coaching yang tak kalah penting adalah kemampuan bertanya yang menentukan arah tuntutan untuk menemukan jalan keluar.


            Berdasarkan filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa pemimpin memiliki prinsip Tutwuri Handayani maka sistem coaching yang dikembangkan dalam merdeka belajar adalah sistem among. Sistem among yang artinya menuntun. Berikut disajikan hasil coaching dengan rekan sejawat

            Beberapa catatan bahwa sistem among yang memiliki prinsip tutwuri handayani merupakan implementasi dari Arti ( apresiasi,rencana,tulus dan inkuiri ). Coaching yang dilakukan merupakan bentuk apresiasi terhadap siswa yang dilakukan melalui perencanaan, dengan hati tulus dan melalui pemantik pertanyaan yang mendorong siswa berfikir kritis. Sehingga dalam pembelajaran diferensiasi dapat mendorong identifikasi masalah siswa untuk masukan bagi pengenalan profil siswa dan gaya belajar siswa.


            Coaching dilakukan dengan tulus, memiliki tujuan sehingga direncanakan karena membutuhkan perhatian dan waktu . Coach dan coachee benar – benar siap untuk berproses guru siap menjadi pamong dan among untuk menuntun siswa menemukan kekuatan, mengidentifikasi dan mencari jalan keluar agar siswa menemukan solusi sesuai dengan kemampuannya dengan sadar akan dilakukan untuk menemukan jawaban atau solusi bagi kesulitan yang dihadapi. Hal ini sangat mendukung bagi kompetensi sosial emosional karena dilakukan dengan sadar, menghasilkan keputusan yang bertanggung jawab. Coaching sangat membantu dalam identifikasi kesiapan belajar siswa, profil siswa, gaya belajar siswa dan keinginan siswa didalam pembelajaran.






Rabu, 16 Maret 2022

Pembelajaran Sosial Emosional

( Koneksi antar materi)

oleh : Hanna Ari Tri Noeryanti

 

Laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, jumlah angkatan kerja di Indonesia mencapai 138,2 juta jiwa pada 2020. Mayoritas atau 32% angkatan kerja di Tanah Air merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA). Oleh sebab itu tantangan di dalam pengelolaan pendidikan di level SMA haruslah memperhatikan link and match serta kematangan sosial emosional dalam rangka pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.

Plato mengusulkan Kurikulum holistik yang menyeimbangkan pengetahuan tentang pendidikan jasmani, seni, matematika, sains, karakter, dan pendidikan moral. Oleh sebab itu sekolah harus menjadi ekosistem yang baik agar tidak terjadi kekerasan, diskriminasi, ketidakadilan mengingatkan bahwa setiap anak unik dan memiliki cita – cita sendiri. Kebutuhan untuk bahagia dan sukses adalah milik semua anak perlu digarisbawahi. Adalah kompetensi sosial emosional yang kemudian ditawarkan untuk menjembatani perkembangan sosial dan psikologis agar menjadi manusia seutuhnya dan siap menghadapi tantangan studi lanjut ataukah bekerja. Dalam rangka upaya menciptakan daya dukung civitas akademika yang menumbuhkan budaya yang positif penciptaan iklim yang menumbuhkembangkan emosi dan psikologi yang baik maka dikenal adanya SEL ( Social emotional Learning ).

Sosial Emosional Learning atau SEL adalah proses pembentukan diri yang berkaitan dengan kesadaran diri, kontrol diri dan kemampuan relasi. Kenapa SEL sangat penting? Karena proses ini akan membantu kehidupannya baik di sekolah, lingkungan kerja atau bermasyarakat.
Seseorang yang mempunya kemampuan emosional dan psikologi yang baik lebih bisa menerima dan melakukan tantangan, misalnya dalam bekerja, lebih mudah untuk belajar, lebih bersikap professional, bersosialisasi sehingga memudahkan seseorang mencapai sukses.

Penerapan  SEL dalam pembelajaran menurut Durlak et al., 2010, 2011 yang dikutip dalam Edutopia menjelaskan bahwa program SEL harus sesuai dengan SAFE, yaitu:

1.      Sequenced: saling berkaitan dan terkoordinasi untuk mendorong keterampilan anak.

2.      Active: bentuk pembejalaran aktif agar anak mampu menguasai keterampilan yang baru.

3.      Focused: menekankan pengembangan keterampilan baik secara individu maupun sosial.

4.      Explicit : menargetkan keterampilan sosial dan emosional yang lebih spesifik

 

            Menurut konsep SEL ini awalnya dikemukakan oleh Daniel Goleman (1985). pembelajaran sosial emosional perlu diberikan untuk kesuksesan anak terutama dalam mengembangkan pendidikan. Menurut CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning), terdapat 5 kunci pengembangan SEL yaitu: 1. kesadaran diri, 2. managemen diri, 3. kesadaran sosial. 4. kemampuan berelasi dan 5. pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.

            Pembelajaran Sosial Emosional dapat dilakukan sebagai kegiatan rutin (diluar kegiatan akademik) terintegrasi dalam mata pelajaran dan protokol budaya dan tata tertib. Ada kegiatan rutin (seperti memberi salam, berdoa), ada yang terintegrasi dalam mata pelajaran, protocol budaya, tata tertib sekolah. Dalam pembentukan kosep sosial emosional seperti kesadaran diri, managemen diri, kesadaran sosial , kemampuan berelasi dan pengambilan keputusan dilatihkan dalam kegiatan rutin, terintegrasi dalam pembelajaran, protocol, dan tata tertib maka diberlakukan teknik STOP.

            Pengelolaan emosi seperti kesal, capek, bosen bisa dilatihkan ke siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan teknik STOP kepanjangan dari stop ( berhenti ), take a breath ( tarik nafas dalam – dalam ), observe ( amati ), proceed. Sehingga seseorang diberi jeda untuk berfikir dan mengelola perasaannya sesuai dengan situasi yang dihadapi. Sehingga pemimpin pembelajaran dapat merancang kembali pembelajaran berdasarkan assessment minat, profil belajar dan kemampuan. Artinya rancangan pembelajaran dapat bergulir secara siklus untuk selalu memperbaiki dan memperbarui sistem pendidikan sesuai dengan kekuatan yang dimiliki komunitas yang berbasis inkuiri apresiatif BAGJA ( B = Buat pertanyaan, A= Ambil pelajaran, G = Gali mimpi, J = Jabarkan rencana dan A = Atur eksekusi). Yang tujuan akhirnya adalah mendorong siswa mencapai kebahagiaan dan kesuksesan sesuai dengan yang diimpikan dengan melakukan upaya dukungan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak yang sehat jiwa dan raga.

 

                                         Bagan mindfull learning yang dipraktikan via STOP


 

          Berikut adalah bentuk pembelajaran sosial dan emosional berupa kegiatan rutin diluar pembelajaran berupa kegiatan ekstrakurikuler untuk melatih keterampilan hidup dalam bidang pengelolaan kesehatan reproduksi dan hak - hak anak.

https://www.youtube.com/watch?v=RD5IaCx0kKo 



Berikut adalah visualisasi koneksi antar materi 



Silahkan melihat juga : https://youtu.be/uvgLLRoee4U



Minggu, 06 Februari 2022




AKSI NYATA PRAKTIK RESTITUSI SEKOLAH

Ari Tri Noeryanti, S.Sos

 
            Penerapan disiplin sekolah di era merdeka belajar menggunakan konsep restitusi sekolah bukan hukuman pada konsep paradigma sekolah yang lama. Sistem hukuman menimbulkan kesan bahwa sekolah rentan kekerasan sehingga pada tri semester pertama tahun 2018 yang dirilis Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dalam dua bulan pertama tahun 2018, KPAI telah menerima 55 aduan kekerasan dalam pendidikan.
         Merdeka belajar mengadopsi restitusi sekolah sebagai solusi aman menggantikan sistem hukuman. Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004) .Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
Peserta didik diberikan peluang untuk belajar dari kesalahan dan memperbaikinya. Pengalaman restitusi dapat menjadi latihan keterampilan hidup.Restitusi bukan menebus kesalahan melainkan belajar dari kesalahan. Restitusi tidak sekedar tuntutan eksternal minta maaf terlebih proses internal agar yang bersalah dapat belajar dan tidak lagi merasa terpaksa meminta maaf karena jika terpaksa kemungkinan kontrproduktif seperti balas dendam .

NO

Langkah

Teori Kontrol

1

 

2

3

Menstabilkan identitas

 

Validasi tindakan salah

Menanyakan keyakinan

Kita semua akan melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan

Semua perilaku memiliki alasan

Kita semua memiliki motivasi internal


            Contoh disiplin positif yang menumbuhkan budaya positif di sekolah yang dilakukan terhadap siswa Miko yang memiliki masalah tidak bisa focus pelajaran dan sering tidur di kelas . Setelah dilakukan konseling bahwa setiap orang bisa melakukan kesalahan, Miko dengan sukarela mengakui bahwa dirinya tidak bisa mengelola waktu sehingga sering tidur malam dan sekolah tidak focus. Kemudian kebutuhan Miko adalah dekat dengan guru atau kebutuhan perhatian atau kasih sayang sehingga memudahkan untuk memahami atau fokus pada pelajaran guru yang memiliki kedekatan pribadi.
               Setelah melakukan konseling Miko merasa lega karena tidak merasa bersalah namun memiliki solusi yaitu kelegaan setelah curhat, guru juga memahami kondisi murid akan kebutuhannya dari dalam Miko termotivasi untuk dapat berubah untuk membagi belajar dan kegiatan yang lain karena telah mendapatkan kasih sayang atau kedekatan dengan gurunya artinya kebutuhannya terpenuhi. Dalam pemantauan setelah restitusi Miko dapat menyesuaikan diri. Guru juga merasa terbantu dan bahagia dapat menyelesaikan masalah muridnya.
Tanpa hukuman Miko merasa nyaman dan dapat mengalami pemulihan. Sehingga tercipta budaya positif saling memaafkan yang terpenting adalah ada perubahan . Hal ini menambah keterampilan hidup bagi siswa.
Dokumentasi praktik disiplin positif dengan siswi siswi program Adem ( Afirmasi Pendidikan Menengah yang bersekolah di SMAN 1 NGEMPLAK BOYOLALI.

    

dokumentasi konseling dengan siswa Miko

              Praktik disiplin positif juga dilakukan pada siswi Dina yang mengalami kesulitan dalam belajar saat pandemi sehingga tidak memiliki motivasi belajar. Setelah dilakukan restitusi sekolah maka Dina menyadari bahwa dia jenuh dengan daring dan menginginkan pembelajaran yang komunikatif dan interaktif. Karena belajar mandiri masih belum bisa dilakukan butuh bimbingan.


Dokumentasi saat melakukan praktik restitusi dengan siswi Dina





                  Praktik disiplin positif juga disosialisasikan kepada siswi - siswi khusus dari provinsi PAPUA dan PAPUA Barat yang saya dampingi. Kegiatan meliputi menggali masalah selama pandemi yang dilaksanakan PJJ dengan protokol kesehatan jaga jarak dan memakai masker yang didahului dengan cuci tangan dan ukur suhu.

             Kesimpulannya praktik restitusi merupakan salah satu budaya positif dengan melakukan pendekatan yang interaktif dan intim sehingga bisa dilakukan penjaringan masalah tanpa kekerasan dan paksaan. Ketika siswa atau siswi menyadari masalahnya, guru mengetahui kebutuhan siswa maka terjadi dialektika antara keduabelah pihak masalah dapat diatasi atas dasar saling memaafkan dan kembali kepada tujuan pembelajaran. Sehingga sikap disiplin dapat ditanamkan dengan cara yang bijaksana tanpa paksaan sehingga memunculkan kesadaran untuk melakukan perubahan.

                 Beberapa keyakinan kelas diterapkan di kelas calon pemimpin di organisasi OSIS dan MPK atau Majelis Perwakilan kelas untuk edukasi pendidikan anti korupsi berikut bukti kegiatan Nonton bareng film anti korupsi.



Gambar saat presentasi dalam Nobar Hakordia



Berikut link materi Nobar film Hakordia 


            Selain aksi nyata untuk sosialisasi nilai nilai anti korupsi , saya juga mensosialisasikan budaya positif kepada guru guru rekan sejawat. Berikut adalah bukti sosialisasi aksi nyata membentuk keyakinan kelas di kelas XI BAHASA .




                Sosialisasi budaya positif tidak hanya pada siswa namun juga para guru dengan tujuan agar guru memahami dasar dari pemikiran Ki Hajar Dewantara dan Merdeka Belajar sebagai filosofi program guru penggerak. Budaya positif diharapkan diseminasi terhadap rekan guru untuk menggerakan hati nuraninya terhadap filosofi Ki Hajar Dewantara . Mengenalkan budaya positif , restritusi sekolah dan praktik budaya positif yang dilakukan CGP.

                    Berikut link materinya :


Berikut dokumentasi pada saat sosialisasi budaya positif terhadap rekan guru :




Sosialisasi budaya positif dan restitusi sekolah di ruang perpustakaan Ken Pinter 




                       







            






Selasa, 09 April 2019

Gerakan Antikorupsi Setengah Hati

http://aritrinoeryantissos.gurusiana.id/article/gerakan-antikorupsi-setengah-hati-1736163



Sebagai pensiunan NGO International saya sangat berharap setelah reformasi akhir dari orde baru tumbuh pemerintahan  yang bersih, akuntabilitas terjamin dan terpercaya. Ketika bekerja dengan birokrasi asing sangat sulit menembus diskriminasi ras. Ras Eropa sangat mendominasi dalam struktur organisasi. Namun ketika orang Indonesia menunjukan dedikasi dan profesionalisme tak heran bisa dipromosikana ke ranah struktur walauapun bukan upper upperclass cukup level manajerial. Namun alangkah kecil nyali saya tatkala artikel saya yang dimuat di media massa solopos 23 September 2013 mendapatkan caci maki dan nyinyiran dari warga sekolah karena dianggap tidak layak mengangkat isu tersebut. Hanya guru, wong cilik. Baik kepala sekolah dan pengawas tidak menyukai tulisan saya. Namun saya heran sebuah akun@GanjarPranowo memuat laman berita tentang pendidikan anti korupsi disekolah yang mendapatkan simpati dari netizen 20 ribu tayangan yang memotivasi para siswa SMAN 1 Maos untuk melakukan pendidikan antikorupsi sejak dini. Apakah ini hal lama didaurulang?bukankah orang –orang seperti saya justru disingkirkan dalam struktur. Bahkan seingat saya jadi pns belum pernah jadi panitia Ujian Nasional, atau tim program sekolah yang lain padahal saya memiliki kemampuan komputer, pengalaman bekerja yang luas?
            Sejak masuk dalam daftar pegawai negeri dan mengajar di sekolah negeri secara pribadi sangat kecewa karena kolusi dan nepotisme sangat masif dugaan korupsi terdengar dimana-mana. Hal- hal yang sepele ternyata dari simpul-simpul subyektifitas menghasilkan hal – hal tidak wajar. Ketidakjujuran disosialisasikan bahkan dilembagakan dalam sekolah. Contohnya kebijakan kkm yang membuat para guru ssecara sengaja dan sadar memanipulasi nilai siswa demi ketuntasan. Tidak hanya nilai bahkan dalam setiap kebijakan, surat keputusan penugasan guru bernilai rupiah. Bahkan di sekolah muncul golongan elit yang hanya saling berbagi dengan teman – teman satu kubu.
            Di grup facebook media guru Indonesia sebuah akun @agus sukamto yang isinya “ditempat kerja pasti ada konflik.Bahkan bisa jadi dua kubu. Apa yang harus guru lakukan? sekitar 90 anggota guru memberikan perhatian berupa like, senang, atau sedih komentar banyak guru yang menyatakan netral, beberapa hanya berkelakar bentuk kubu baru. Banyaknya komentar menandakan bahwa fakta adanya kubu di sekolah memang benar. Lalu kubu – kubu yang dimaksud yang mana ya?
            Disekolah negeri setiap pekerjaan selain mengajar mendapatkan insentif sendiri karena dianggap diluar tugas pokok guru. Lahan basah tersebut digunakan oleh sebagian orang untuk mencari keuntungan sendiri misalnya menggunakan pengaruhnya untuk memasukan saudara menjadi GTT atau PTT sebagai jalan menuju status pns yang diidamidamkan. Hal ini merupakan halangan bagi proses keterbukaan, keadilan dan kejujuran. Belum lagi jabatan dalam managemen sekolah yang dipegang para wakil kepala sekolah bersifat abadi bahkan bisa diturunkan. Bahkan di sekolah desa-desa posisi wakil kepala sekolah seperti kepala desa harus mendapatkan upeti dari setiap program sekolah berupa honor. Kemampuan, dedikasi dan prestasi bukan lagi menjadi tolak ukur. Penilaian kinerja guru juga dianggap formalitas asalkan dekat dan mampu menyenangkan bapak/ibu yang memiliki jabatan dijamin aman.
            Hal ini sangat berbeda jika bekerja di organisasi swasta dan organisasi international yang saling tidak mengenal hubungan darah, koneksi atau kenalan, kedekatan orang dalam. Organisasi sehat karena hubungan yang obyektif namun di sekolah negeri penuh dengan subyektifitas. Bahkan isu affair dan perselingkungan sering mewarnai karena kedekatan hubungan secara subyektif.
            Bagaimana mungkin melakukan pendidikan anti korupsi di sekolah yang penuh subyektifitas? Kita bisa membuat peraturan agar siswa menulis pakta integritas di setiap kertas ulangan yang dikerjakan. Namun sebagai guru dan warga sekolah seringkali tidak berdaya menuruti kehendak managemen yang berujung ketidakjujuran. Komunitas pendidikan anti korupsi harusnya merupakan komunitas yang jujur, terpercaya, obyektif sehingga terhindar dari proses – proses subyektifitas yang menyebabkan sistem yang rentan terjadinya korupsi. Kolusi dan nepotisme adalah jalan memudahkan korupsi. Namun sebagai guru biasa mampukah kita menghapuskan pengaruh sistemik?
            Tidak ada jalan keluar selain kebijakan struktural yang terpusat yang membuat semua orang patuh dan tunduk terhadap hukum. Penerapan sistem penilaian yang bersifat digital, managemen keuangan yang digital menyangkut e budgeting pada Rencana Anggaran Kerja Sekolah , e-bos, e-scholarship patut diseminasi dalam rangka mencegah bocornya dana sekolah. Pengelolaan sumberdaya manusia yang online seperti sinaga, sinita dan yang lain patut diacungi jempol krn telah diintroduksi pemerintah Jawa Tengah.
            Managemen berbasis digital bukanlah sesuatu yang paling tepat untuk menegakan transparansi yang mendorong sikap jujur karena listrik, internet dan kondisi alam yang mempengaruhinya sulit menjamin jaringan internet terhubung 100%. Namun upaya transparan dapat dilakukan untuk mendukung sikap fairness. Kalau cuman pendidikan antikorupsi dalam setiap mata pelajaran tanpa memperhatikan analisa sosial yang lebih luas hanyalah upaya setengah hati untuk menegakkan keadilan. Korupsi, kolusi dan nepotisme harus diberantas dengan cara sistemik, berkelanjutan dan pemilihan pemimpin yang berkualitas secara menta, spiritual dan kemampuan adalah kunci terselenggarakannya pendidikan antikorupsi di sekolah.

PESONA WADUK CENGKLIK DESA NGAGOREJO

Materi K 13 Kelas XII PERUBAHAN SOSIAL                     Ada istilah di dunia ini tidak ada yang abadi. Semua bisa berubah sewaktu waktu o...