Mengambil Keputusan Sebagai Pemimpin
Pembelajaran
Cita – cita luhur Ki Hajar Dewantara
yang mewujudkan sekolah sebagai taman bahagia dimana ada upaya saling
mengasihi, membimbing dan berlatih yang tertuang dalam Asih, Asuh dan Asah
merupakan jalan menuju semboyan pemimpin yang dikenal ing ngarsa sung tulodo, ing madya mangun karsa, dan tut
wuri handayani. Artinya adalah di depan memberi teladan, di tengah memberi
semangat, dan di belakang memberi dorongan.
Sejalan dengan cita –
cita Ki Hajar Dewantara, peran guru penggerak ada lima yakni: menjadi
pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, mendorong kolaborasi antar
guru, menjadi coach bagi guru lain, dan mewujudkan
kepemimpinan murid. Guru penggerak berfokus pada peran kepemimpinan
pembelajaran agar mampu mendorong tumbuh kembang peserta didik secara holistik;
aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan
pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik; serta menjadi teladan dan agen
transformasi ekosistem pendidikan untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila.
Dalam memerankan perannya tetap berpijak pada 5 (lima) nilai guru penggerak
yakni berpihak pada murid, mandiri, kolaboratif, reflektif dan inovatif.
Guru penggerak harus mandiri artinya mampu memunculkan motivasi
dalam dirinya untuk membuat perubahan baik untuk perubahan lingkungan sekitar
ataupun pada dirinya sendiri. Sebagai pemimpin pembelajaran seringkali
dihadapkan dengan dilema etika. Pilihan – pilihan etika antara benar dan salah
ataukah antara benar dengan benar merupakan tantangan dalam memecahkan masalah
demi terwujudnya cita – cita bahwa sekolah mendorong untuk bersikap etis dengan
pertimbangan – pertimbangan moralnya . Ada nilai – nilai yang dipelajari
seperti taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, gotong – royong, berwawasan
kebhinekaan global, bernalar kritis dan kreaktif yang menjadi landasan
melahirkan pelopor pelajar Pancasila. Namun ada pula nilai – nilai universal
yang dimiliki setiap orang karena pengaruh pendidikan , kebudayaan yang
dipelajari dan diwariskan.
praktik coaching menggerakan guru untuk mengikuti program guru penggerak
Oleh sebab itu pengambilan keputusan sangat penting agar dapat
memperoleh keputusan yang bersifat win - win solution artinya tidak ada yang
dimenangkan atau dikalahkan. Hal tersebut untuk mewujudkan keadilan. Dalam
pengambilan keputusan yang terbaik bagi siswa pemimpin pembelajaran
berkolaborasi dengan guru sejawat, orang tua dan kepala sekolah atau pihak –
pihak yang berkaitan / stakeholder yang lain. Agar keputusan yang diambil dapat
mejadi jalan tengah terbaik terhadap persoalan yang sdang dihadapi.ada 9
langkah yang harus diterapkan sebagai pertimbangan riil .
9
langkah yang harus diterapkan agar supaya proses pengambilan keputusan dapat
seobyektif mungkin adalah sebagai berikut :
1. Mengenali nilai – nilai yang saling
bertentangan
2. Menentukan siapa yang terlibat dalam
situasi ini
3. Kumpulkan fakta – fakta yang relevan
dengan situasi ini
4. Pengujian benar atau salah melalui uji
legal, uji regulasi, uji intuisi,uji publikasi,uji panutan atau idola
5. Pengujian paradigma ( individu versus
masyarakat, rasa keadilan versus rasa kasihan, kebenaran versus kesetiaan,
jangka pendek versus jangka panjang )
6. Melakukan prinsip resolusi seperti
landasan berfikir yang berprinsip terhadap hasil akhir, berprinsip peraturan
dan berprinsip rasa peduli .
7.Setelah menganalisa sampai ke enam langkah,
langkah ketujuh adalah proses berfikir kreaktif untuk menciptakan keputusan
yang berbeda dengan dilema yang dihadapi yaitu dengan menghadirkan opsi pilihan
ketiga yang biasa disebut opsi trilema yang kreaktif dan solutif.
8. Mengambil keputusan setelah ada dilema dan
mempertimbangkan trilema
9. Melakukan refleksi apakah jika keputusan
diambil sesuai langkah – langkah akan baik kedepannya, sudahkan kita berfikir
obyektif dan terbaik dalam menganalisa melalui data, fakta dan paradigm serta
prinsip yang dianut?
Praktik
9 langkah dapat dilakukan dengan menggunakan teknik coach sehingga pengambil
keputusan dapat secara berdaya untuk mengambil keputusan secara mandiri
sehingga dapat mengenali sejak dini dampak atas keputusannya tersebut. Keputusan
yang kita ambil hendaknya mendukung proses sekolah sebagai sebuah tempat untuk
mengelola kegiatan spiritual/rohani, fisik , dan kreasi untuk menciptakan karya
karya inovatif yang kreaktif. Sehingga pendidikan merupakan seni untuk
mendorong seseorang untuk bersikap etis sesuai dengan nilai – nilai universal
atau nilai – nilai sosial budaya masyarakat yang tinggi.