Dokumen: wartawan siswa majalah sekolah Now
SMAN 1 Ngemplak - Boyolali. Pameran karya NOW edisi 1 & 2
Menulis
adalah aktifitas positif yang dapat digunakan untuk menuangkan ide/gagasan,
membuat rekaman peristiwa, menggambarkan keindahan, melukiskan keagungan Tuhan,
memaparkan informasi, menyajikan data ilmiah, membuktikan kesahihan penemuan
dan memaparkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak hal yang dapat dilakukan
dalam menulis mengisi waktu luang, sekedar hobi, menjelaskan fakta, memberikan
advokasi pada peristiwa atau korban kemanusiaan, menganalisa dampak
pembangunan. Intinya penulis dapat menyajikan, mengungkap , memberikan
alternative solusi terhadap masalah.
Fenomena ghostwriter telah mewabah sejak aktifitas menulis mulai dihargai.
Ghoswriter atau penulis hantu adalah orang – orang yang menulis untuk isu-isu
berdasarkan pesanan clients, nama yang dicantumkan sebagai pemilik tulisan
adalah clients. Ironi memang dalam dunia yang sangat maju seperti pendidikan
modern justru menumbuhkan jamur manipulasi yang masif, kebanyakan clientsnya
berasal dari upperclass yang mempunyai cukup dana. Penulisan skripsi, thesis,
term of reference, makalah, artikel, opini, modul semua produk tulisan dapat
dipesan pada penulis hantu, yang namanya sendiri tak dikenal public. Pejabat
public juga sering menggunakan jasa ghostwriter untuk sekedar menambah point
nilai atau menyampaikan informasi kepada khalayak.
Siapakah ghostwriter ? Ghostwriters adalah orang - orang kreaktif yang
memiliki kapasitas intelektual yang menguasai multi issues dan multitasking
sesuai dengan pesanan. Ghostwriter juga tipe pembelajar yang cepat terhadap
ranah – ranah interdisipliner. Pendeknya the ghostwriter adalah orang yang
menguasai ilmu menulis dan pembelajar cepat. Tentunya tergolong manusia jenis
pinter atau ‘mumpuni’. Kompensasi
tulisan jumlahnya beragam tergantung kualitas permintaan apakah untuk thesis,
skripsi ataukah yang lain. Untuk jenis joki tesis dan skripsi harganya lebih
mahal. Artikel yang dimuat di surat kabar dan berbagai tulisan yang sifatnya
lebih sederhana lebih murah daripada tulisan ilmiah seperti TOR dan modul.
Berdasarkan informasi yang diperoleh angka rupiah honor ghostwriter sekitar dari
Rp.500.000 sampai Rp.7.000.000 untuk setiap produk tulisan sampai selesai.
Angka – angka rupiah tersebut ternyata dibanding bobot intelektualitasnya
sangatlah murah.
Indonesia adalah negara berkembang
yang memiliki peringkat keempat dalam jumlah penduduknya di dunia sangat subur terhadap
munculnya ghostwriter. Sedih sekali budaya manipulative sangat pekat melekat
pada culture kita. Tidak hanya
terkenal korupsinya tetapi juga budaya manipulasi yang lain seperti penulis
hantu ini. Mengapa kita begitu tidak bisa bersikap apa adanya? Budaya fairness
seperti hal langka yang dapat kita temui. Secara sosiologis fenomena
ghostwriter dapat diterjemahkan ketidakmampuan sistem di Indonesia untuk
menghargai prestasi. Banyaknya sampah – sampah sistem menyumbat persaingan,
yang tidak dapat mengakses the right man
in the right place.
Sampah – sampah sistem itu adalah adanya intervensi
politik, diskriminasi, primordialisme, sentiment sosial, hegemoni mayoritas,
hegemoni kekuasaan, hilangnya jati diri bangsa, kelemahan moral atau tidak
memiliki karakter, radikalisme agama, legalitas dan keadilan hukum yang lemah,
penghargaan yang rendah terhadap sistem fairness, kejujuran, orisinalitas, kemiskinan,
difabel, kelompok marginal, perempuan dan anak-anak. Ketidakadilan yang masif
melingkupi praktek kenegaraan, kehidupan social, hukum peradilan dan budaya
masyarakat melukai perkembangan sebuah proses yang positif. Sehingga
orang-orang kreaktif menjadi underdog
dan memilih bertahan hidup dengan mengikuti arus budaya manipulative. Tak cukup
percaya diri membangun alurnya sendiri. Duh sayangnya …siapa yang diajak bicara
soal ini di Indonesia? Adakah kita yang peduli?
Membongkar sisi lain dari Ghostwriter mungkin adalah alternative dari inspirasi ‘healing therapy’ terhadap sistem dan mekanisme birokrasi di
Indonesia, daripada menghujat aktifitas intelektual murahan yang dilakukan oleh
para ghostwriter. Karena hujatan,
kritik hanya menisbikan keberadaan kapasitas yang dimiliki sang ghostwriter dan mengesampingkan
sampah-sampah sosial yang menyumbat sistem perkembangan kemajuan Indonesia.
Tidak ada yang abadi selain perubahan, ungkapan ini
terasa tidak asing lagi didengar. Oleh sebab itu dominasi pikiran bahwa dunia
tidak adil dan sistem di Indonesia tersumbat, hendaknya dicounter dengan fresh spirit tentang inisiatif, building
ourself path, kerja keras, konsisten, multitasking, membangun jaringan,
berteman dengan banyak orang, menggunakan informasi dari dunia maya untuk
mendapatkan dukungan sebesar-besarnya dan mulai membangun harga diri dengan
mencoba terus menulis tanpa henti dengan memakai nama sendiri. Dengan demikian
memutus rantai ketergantungan orang-orang sebagai clients dan mendorong semua
orang untuk bekerja lebih keras lagi, yaitu memenangkan persaingan. Intervensi
sampah social tidak dapat dikendalikan karena sebuah alasan demi hegemoni
apapun. Akan tetapi melalui path yang dibuat sendiri seluruh tenaga, pikiran
dan konsentrasi dipadukan menjadi kekuatan untuk membangun kemandirian.
Sangatlah positif bagi jiwa sendiri dan juga orang lain kalau budaya otonomi
dan persaingan menjadi dominasi pikiran dan perbuatan manusia Indonesia. Yakin
dan percaya pada kekuatan sendiri adalah kuncinya.
Jika para clients tidak dapat membeli pikiran dan
tulisan dari penyedia jasa tulisan diharapkan itu merupakan usaha pemberdayaan
dua sisi yaitu sisi clients dan para ghostwriter. Seiring perkembangan zaman,
persaingan global dunia akan menuju perkembangan yang pesat dari masyarakat
primitive, masyarakat tradisional, masyarakat modern mereformasi menjadi
masyarakat postmodern yang menuntut persaingan yang ketat tidak hanya dalam negara
tetapi lintas negara. Borderless/tanpa batas territorial yuridis atau mendunia.
Siapa kuat akan menang.
Ruang yang lapang bagi semua competitors akan membawa
progresifitas pada laju perkembangan dan memberikan arah terhadap peningkatan
kualitas dan kuantitas dari wacana. Bayangkan jika semua orang yang memiliki
kapasitas ‘mumpuni’ memiliki harga diri untuk turut berkompetisi menggunakan
namanya sendiri dengan bebas. Terobosan baru, ide-ide segar dan baru, dunia
baru akan lahir dari persaingan sehat yang pada akhirnya menggulingkan semangat
diskriminasi, hegemoni, intervensi politik, menjadi kerja keras. Bangsa yang
menghargai kerja keras adalah bangsa yang maju. Semangat, inspirasi dan
dukungan adalah hal – hal yang paling dinantikan oleh bangsa Indonesia yang
sedang ‘sakit’ akibat korupsi, nepotisme, kolusi, mafia peradilan, pendidikan
yang tidak berkarakter, interdependensi terhadap asing, ekonomi global yang
menjadikan tuan rumah seperti Indonesia adalah buruh yang murah. Indonesia
membutuhkan banyak orang yang berani membuat pathnya sendiri mendorong
perubahan dan kemajuan di Indonesia melalui berbagai tulisan. Ayo semangat !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar